Electronic Theses and Dissertation

Provinsi aceh memiliki sumber daya alam rawa gambut. salah satunya adalah rawa gambut singkil yang luasnya mencapai 81.802,22 hektar dengan kondisi dan konversi lahan menjadi perkebunan kelapa sawit dan pemukiman. kondisi ini mengancam sumber daya perairan di sana, salah satunya adalah plankton sebagai elemen penting dalam jaring-jaring makanan di perairan. penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keanekaragaman dan distribusi spesies plankton di rawa gambut. sebanyak 11 lokasi pengambilan sampel ditentukan secara purposive. sampel plankton diambil dengan menggunakan plankton net no. 25, dengan cara penyaringan 100 liter air dari permukaan hingga kedalaman 30 cm. sampling air dilakukan pada pukul 10.00 - 15.00 wib. sampel plankton yang telah disaring dimasukkan ke dalam botol sampel dan ditambahkan dengan larutan lugol 4% sebanyak 6-10 tetes kemudian disimpan di dalam ice box (4℃) dan diidentifikasi dengan menggunakan mikroskop di laboratorium fakultas kelautan dan perikanan universitas syiah kuala. hasil penelitian menunjukkan terdapat 11 kelas plankton yaitu 8 kelas dari kelompok fitoplankton dan 3 kelas kelompok zooplankton. kelimpahan fitoplankton tertinggi ditemukan di seunabok pusaka yaitu sebanyak 2480 sel/l, sedangkan kelimpahan zooplankton tertinggi terdapat di ie meudama, sebanyak 1.260 ind/l. frekruensi kehadiran fitoplankton yang paling tinggi adalah cyclotella sp. (81,82%), sedangkan zooplankton adalah cyclops sp. (72,73%). rata-rata nilai indeks keragaman fitoplankton 1,50 termasuk kategori sedang, sedangkan zooplankton memiliki nilai indeks keragaman rata-rata 0,83 termasuk kategori rendah. nilai indeks dominansi fitoplankton rata-rata yaitu 0,32 dengan kategori rendah dan rata-rata nilai indeks dominansi zooplankton 0,40 juga termasuk kategori rendah. rerata indeks kekayaan jenis plankton pada semua lokasi termasuk dalam ketegori rendah. alur seuneubok dan impadang, memiliki kemiripan struktur komunitas yang cukup tinggi (80%) berbanding lokasi-lokasi lainnya. pola distribusi rata-rata pada keseluruhan spesies masuk dalam kategori seragam hanya 3 spesies dari kelompok fitoplankton pola distribusi berkelompok. namun demikian, ditemukan 6 spesies bioindikator, yaitu nitzchia, oscillatoria, euglena, leptocylindrus, phacus dan chlorella dari kelompok fitoplankton dan 2 spesies dari zooplankton, dan lokasi seunabok pusaka afd 4 (st. 2) adalah yang paling banyak ditemukan spesies bioindikator tersebut. kelimpahan fitoplankton berkorelasi positif kuat terhadap suhu (r= 0,64). indeks keragaman fitoplankton berkorelasi positif dengan suhu, do, dan ph, serta negatif lemah dengan salinitas. do menunjukkan korelasi tertinggi. kata kunci: plankton, rawa singkil, rawa gambut, bioindikator, struktur komunitas

Aceh Province has natural resources of peat swamps. One of them is the Singkil Peat Swamp, which covers 81,802.22 hectares with conditions and land conversion into oil palm plantations and settlements. This condition threatens the aquatic resources there, one of which is plankton as an important element in the food web in the waters. This study aims to analyze the diversity and distribution of plankton species in Peat Swamp. A total of 11 sampling locations were determined purposively. Plankton samples were taken using plankton net no. 25, by filtering 100 liters of water from the surface to a depth of 30 cm. Water sampling was carried out at 10:00 am - 3:00 pm. Plankton samples that have been filtered are put into a sample bottle and added with 4% lugol solution as much as 6-10 drops then stored in an ice box (4 ℃) and identified using a microscope in the laboratory of the Faculty of Marine and Fisheries, Syiah Kuala University. The research results showed that there were 11 classes of plankton, namely 8 classes from the phytoplankton group and 3 classes from the zooplankton group. Seunabok Pusaka had the greatest phytoplankton abundance, measuring 2480 cells/L, whereas Ie Meudama had the highest zooplankton abundance, reaching up to 1,260 ind/L. The phytoplankton with the highest frequency of presence is Cyclotella sp. (81.82%), while the zooplankton is Cyclops sp. (72.73%). The average diversity index value for phytoplankton is 1.50, which is in the medium category, while zooplankton has an average diversity index value of 0.83, which is in the low category. The average phytoplankton dominance index value is 0.32 in the low category, and the average zooplankton dominance index value is 0.40, also in the low category. The average plankton species richness index at all locations is in the low category. Alur Seuneubok and Impadang have quite high similarities in community structure (80%) compared to other locations. The average distribution pattern of all species falls into the uniform category; only 3 species from the phytoplankton group have a group distribution pattern. However, six bioindicator species were discovered, namely Nitzchia, Oscillatoria, Euglena, Leptocylindrus, Phacus, and Chlorella from the phytoplankton group and two species from zooplankton group, with the Seunabok Pusaka AFD 4 location (St. 2) having the most bioindicator species found. Phytoplankton abundance has a strong positive correlation with temperature (r= 0.64). The phytoplankton diversity index positively correlates with temperature, DO, and pH, and negatively and weakly with salinity. DO shows the highest correlation. Key words: Plankton, Singkil Swamp, Peat Swamp, Bioindicators, Community Structure