Universitas Syiah Kuala | ELECTRONIC THESES AND DISSERTATION

Electronic Theses and Dissertation

Universitas Syiah Kuala

    DISSERTATION
Budi Azhari, MODEL MATEMATIKA KESULITAN BELAJAR ANAK DISKALKULIA. Banda Aceh Fakultas Pasca Sarjana / Prodi Doktor Matematika dan Aplikasi Sains (S3),2024

Diskalkulia adalah gangguan belajar yang khusus mempengaruhi kemampuan matematika seseorang. ini akan berdampak pada kehidupan sehari-hari anak dalam hal-hal yang melibatkan angka, seperti menghitung uang, mengukur jarak, atau memperkirakan waktu. gangguan ini merupakan salah satu kesulitan belajar yang umum ditemukan pada anak-anak di sekolah dasar, selain kesulitan membaca (disleksia). siswa diskalkulia akan menunjukkan kesulitan dalam pemahaman konsep atau serangkaian proses matematis, hal ini dikarenakan siswa akan sulit memusatkan konsentrasinya pada aktivitas belajar. gangguan belajar ini menyebabkan siswa bermasalah berkaitan dengan memahami hubungan dengan angka (seperti; pecahan dan desimal, penambahan dan pengurangan, perkalian dan pembagian), memecahkan masalah dengan soal cerita, pemahaman sistem nomor, dan menggunakan strategi penghitungan yang efektif. sehingga, diagnosis awal yang dilakukan dalam mengidentifikasi anak-anak diskalkulia di sekolah menjadi penting oleh guru dan lembaga pendidikan dalam memberikan respons untuk memberikan dukungan dan intervensi yang tepat. melalui identifikasi dan diagnosis yang tepat pada anak diskalkulia, maka akan memberikan gambaran bagaimana seharusnya intervensi dilakukan, untuk membantu anak diskalkulia mengatasi masalah belajar matematika. namun, mengidentifikasi kondisi ini dapat menjadi tantangan karena tidak ada satu tes diagnostik tunggal yang dapat mengidentifikasi diskalkulia secara pasti. sehingga dalam penelitian ini, peneliti juga menyusun instrumen untuk identifikasi diskalkulia, yang dikembangkan melalui serangkaian uji validitas dan reliabilitas dan melibatkan berbagai pihak ahli dari berbagai bidang terkait. berdasarkan hasil penelitian ini, pada setiap variabel instrumen tes yang disusun, yakni x1 (tipe a), x2 (tipe b), dan x3 (diskalkulia) telah menunjukkan validitas yang tinggi. hal ini ditunjukkan dari semua item soal pada ketiga instrumen tes tersebut memiliki r-hitung yang melebihi r-tabel yakni 0,5140 dan 0,4132. ini memastikan bahwa instrumen mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur dan mencerminkan konstruk dengan akurat. demikian juga dengan hasil uji reliabilitas menunjukkan bahwa setiap variabel memiliki raw_alpha di atas 0,80, yang mencerminkan reliabilitas yang sangat tinggi. selain penyusunan instrumen tes, juga disusun perangkat pembelajaran dalam upaya membantu anak diskalkulia dapat mengatasi masalah yang dihadapinya. salah satu cara intervensi yang bisa dilakukan adalah dengan memberikan instruksi yang jelas dan terstruktur. penelitian ini juga mengembangkan perangkat pembelajaran bagi anak yang teridentifikasi diskalkulia. berdasarkan hasil penelitian dan pengembangan perangkat pembelajaran dalam upaya membatu kesulitan belajar matematika bagi anak diskalkulia dapat digunakan dengan dengan baik, karena telah mengikuti serangkaian uji coba dan diimplementasikan bagi anak diskalkulia dan memperoleh hasil yang positif. hasil penelitian menunjukkan setelah uji coba dan implementasi memperoleh hasil yang positif, baik ditinjau dari aktivitas dan respons siswa, aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran, dan hasil belajar yang diperoleh siswa setelah diterapkan perangkat yang dikembangkan. pada penelitian ini, serangkaian proses penelitian mulai dari tes kemampuan dasar matematika, tes diskalkulia dan konfirmasi pada guru dan orang tua menjadi dasar untuk membangun model matematika, selain intervensi yang dilakukan dan kemudian dilakukan tes kembali untuk melihat keberhasilan proses treatmen yang dilakukan. model sdta (susceptible – dyscalculia – treatment - achivement) dibangun dengan menganalogikan model penyakit tidak menular model stir. model sdta ini diformulasikan untuk merepresentasikan serangkaian proses dalam membantu anak dengan kesulitan belajar matematika. sub populasi dalam model matematika anak diskalkulia ini, dibagi empat sub populasi yaitu siswa yang rentan berpotensi mengalami gangguan belajar (s), siswa yang teridentifikasi mengalami gangguan belajar diskalkulia (d), dan siswa yang mengikuti program intervensi melalui treatment (t) yang dilakukan oleh guru dan tim peneliti, serta siswa yang telah mendapatkan mengatasi gangguan belajar diskalkulia (a). berdasarkan fenomena dan dinamika lapangan diformulasikan persamaan diferensial dalam model non-dimensional. dengan mempertimbangkan sistem persamaan ini, selanjutnya diperoleh dua titik ekuilibrium yaitu titik ekuilibrium bebas dari kesulitan belajar diskalkulia, dan titik ekuilibrium kesulitan belajar diskalkulia secara konsisten ada, namun terbatas pada lingkup tertentu. berdasarkan model sdta, didapatkan menggambarkan transisi yang dialami siswa dari tahap rentan hingga mencapai tahap pemulihan. simulasi yang telah dilakukan memberikan gambaran kuantitatif mengenai efektivitas intervensi atau treatment dalam membantu anak diskalkulia. hasil simulasi model matematika menunjukkan bahwa terdapat siswa rentan (susceptible) 171 orang siswa pada awal simulasi (hari ke-0), selanjutnya terjadi penurunan dramatis setelah dilakukan tes kemampuan dasar matematika dan tes diskalkulia. pada hari ke 20 teridentifikasi 121 orang siswa positif diskalkulia. pada materi pengenalan dan mengurutkan bilangan terdapat 59 orang siswa yang mengikuti program treatment. setelah dilakukan intervensi melalui treatment oleh guru, siswa diskalkulia mengalami menurunan yang sangat drastis mulai hari ke 60 dan pada hari ke-70 sehingga berada pada titik nol. sedikit berbeda dengan simulasi model pada materi operasi perkalian, hasil simulasi menunjukkan pada materi perkalian proses treatment sedikit memerlukan waktu yang lebih. sehingga berdasarkan hasil simulasi model tergambarkan bahwa standar treatment dan ukuran durasi waktu yang tepat dan efektif dapat membantu anak diskalkulia mengatasi kesulitan belajar matematika siswa di sekolah.



Abstract

Dyscalculia is a learning disorder that specifically affects a person's mathematical abilities. This will have an impact on children's daily lives in things that involve numbers, such as counting money, measuring distances, or estimating time. This disorder is one of the learning difficulties commonly found in elementary school children, apart from reading difficulties (dyslexia). Dyscalculic students will show difficulty in understanding concepts or a series of mathematical processes, because students will find it difficult to concentrate on learning activities. This learning disorder causes students to have problems with understanding relationships with numbers (such as fractions and decimals, addition and subtraction, multiplication and division), solving problems with word problems, understanding number systems, and using effective counting strategies. Thus, the initial diagnosis carried out in identifying dyscalculic children at school is important for teachers and educational institutions in providing responses to provide appropriate support and intervention. Through proper identification and diagnosis of dyscalculic children, it will provide an idea of how intervention should be carried out, to help dyscalculic children overcome mathematics learning problems. However, identifying this condition can be challenging because no single diagnostic test can definitively identify dyscalculia. Therefore, this research, researchers also developed an instrument for identifying dyscalculia, which was developed through a series of validity and reliability tests and involving various experts from various related fields. Based on the results of this research, each test instrument variable prepared; X1 (Type A), X2 (Type B), and X3 (Dyscalculia) has shown high validity. This is shown by all the question items on the three test instruments having r -calculations that exceed r -table, namely 0.5140 and 0.4132. This ensures that the instrument measures what it is intended to measure and reflects the construct accurately. Likewise, the results of the reliability test show that each variable has a raw_alpha above 0.80, which reflects very high reliability. Apart from preparing test instruments, learning tools were also prepared in an effort to help children with dyscalculia overcome the problems they face. One way of intervention that can be done is by providing clear and structured instructions. This research also developed learning tools for children identified as dyscalculia. Based on the results of research and development of learning tools in an effort to help with difficulties in learning mathematics for children with dyscalculia, they can be used properly, because they have followed a series of trials and been implemented for children with dyscalculia and obtained positive results. The research results show that after testing and implementation, positive results were obtained, both in terms of student activities and responses, teacher activities in managing learning, and learning outcomes obtained by students after applying the developed tools. In this research, a series of research processes starting from basic mathematical ability tests, dyscalculia tests and confirmation with teachers and parents became the basis for building a mathematical model, in addition to the intervention carried out and then a test again to see the success of the treatment process carried out. The SDTA (Susceptible – Dyscalculia – Treatment – Achivement) model was built by analogizing with the STIR model of non-communicable diseases. This SDTA model was formulated to represent a series of processes in helping children with difficulties learning mathematics. Berikut ini adalah terjemahan dalam bahasa Inggris untuk kalimat tambahan yang Anda berikan:nThe sub-population in this mathematical model of children with dyscalculia is divided into four sub-populations; students who are vulnerable to potentially experiencing learning disorders (S), students who have been identified as having dyscalculia learning disorders (D), students participating in an intervention program through Treatment (T) conducted by teachers and research teams, and students who have overcome dyscalculia learning disorders (A). Based on field phenomena and dynamics, differential equations are formulated in a non-dimensional model. By considering this system of equations, we then obtain two equilibrium points, namely the equilibrium point free from dyscalculia learning difficulties, and the equilibrium point where dyscalculia learning difficulties consistently exist, but are limited to a certain scope. Based on the SDTA model, it was obtained to describe the transition experienced by students from the vulnerable stage to reaching the recovery stage. The simulation that has been carried out provides a quantitative picture of the effectiveness of intervention or treatment in helping children with dyscalculia. The results of the mathematical model simulation showed that there were 171 Susceptible students at the start of the simulation (day 0), then there was a dramatic decrease after the basic mathematics ability test and dyscalculi test were carried out. On the day 20th, 121 students were identified as positive for dyscalculia. In the introduction and ordering numbers material, there were 59 students who took part in the treatment program . After intervention through treatment by the teacher, the student's dyscalculia experienced a very drastic decline starting on the day 60th and on the day 70th so that it was at zero point. Slightly different from the model simulation on multiplication operation material, the simulation results show that on multiplication material the treatment process requires a little more time. Therefore, based on the results of the model simulation, it is shown that appropriate and effective treatment standards and time duration measures can help children with dyscalculia overcome students' mathematics learning difficulties at school.



    SERVICES DESK