Electronic Theses and Dissertation

Endometritis sering terjadi pada sapi yang menyebabkan penurunan fertilitas dan kerugian ekonomi yang tinggi. Sapi yang mengalami endometritis mengalami perubahan profil hormon sehingga memengaruhi kadar hormon dan siklus estrus. Penelitian ini bertujuan mengetahui perbandingan level estrogen sapi aceh yang mengalami endometritis dengan derajat yang berbeda. Dalam penelitian ini digunakan delapan ekor sapi aceh betina berusia 3-5 tahun dengan bobot badan 150-250 kg yang didiagnosis mengalami endometritis melalui White side test (WST). Semua sapi betina disinkronisasi menggunakan hormon prostaglandin yang diinjeksi secara intramuskulus dengan dosis 25 µg dengan metode penyuntikan campuran. Deteksi estrus dilakukan pada pagi (08.00 WIB) dan sore (16.00 WIB) selama 30 menit. Koleksi mukus serviks dilakukan 8-12 jam setelah awal estrus. Koleksi darah untuk pemeriksaan konsentrasi estrogen dilakukan pada saat estrus (H0). Pemeriksaan estrogen dilakukan menggunakan enzyme linked immunosorbent assay (ELISA). Berdasarkan hasil WST, sapi aceh dikelompokan menjadi sapi aceh endometritis derajat 1 (n=4) dan derajat 2 (n=4). Perbandingan konsentrasi estrogen pada kedua kelompok dianalisis statistika dengan uji T. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata (±SE) kadar estrogen pada derajat 1 dan derajat 2 masing-masing adalah 87,50±30,46 dan 116,46±5,73 pg/ml. Disimpulkan bahwa level estrogen pada sapi aceh yang mengalami endometritis antara derajat 1 dan 2 tidak berbeda signifikan pada saat estrus (P>0,05).
Kata kunci: Endometritis, sapi aceh, kadar estrogen.

Endometritis often occurs in cattle which causes decreased fertility and high economic losses. Cows with endometritis experience changes in hormone profiles that affect hormone levels and the estrus cycle. This study aims to determine the comparison of estrogen levels in Aceh cows with different degrees of endometritis. In this study, eight female cows aged 3-5 years with a body weight of 150-250 kg were used which were diagnosed with endometritis through the White side test (WST). Aceh cows were synchronized using prostaglandin hormone injected intramuscularly at a dose of 25 g with a mixed injection method. The detection of estrus was carried out in the morning (08.00 WIB) and afternoon (16.00 WIB) for 30 minutes. Cervical mucus collection is performed 8-12 hours after the onset of estrus. Blood collection was carried out to check the concentration of estrogen at the time of estrus (H0). Estrogen examination was carried out using the enzyme linked immunosorbent assay (ELISA). Based on the WST results, Aceh cows were grouped into Aceh cows with endometritis grade 1 (n=4) and grade 2 (n=4). Comparison of estrogen concentrations in the two groups was statistically analyzed by T test. The results showed that the average (±SE) levels of estrogen in grade 1 and grade 2 were 87.50±30.46 and 116.46±5.73 pg/ml. It was concluded that the estrogen level in Aceh cows with endometritis between grades 1 and 2 was not significantly different during estrus (P>0.05). Keywords: Endometritis, aceh cows, estrogen levels.