Electronic Theses and Dissertation

Pelaksanaan suatu proyek konstruksi jembatan memiliki sistem untuk memasok material/alat ke dalam proyek yang dinamakan rantai pasok. Rantai pasok adalah suatu jaringan kerjasama dalam menyediakan material atau bahan baku yang melibatkan beberapa pihak. Rantai pasok harus diperhatikan dengan baik untuk mencegah kemungkinan terjadinya kerentanan rantai pasok yang dapat menghambat keberlangsungan proyek. Berdasarkan permasalahan tersebut penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kerentanan yang paling dominan terjadi pada rantai pasok proyek konstruksi jembatan di Provinsi Aceh. Berdasarkan data yang didapatkan dari LPSE diperoleh sampel sebanyak 16 pekerjaan proyek jembatan pada tahun 2018-2022. Uji data dilakukan dengan uji validitas dan reliabilitas, sedangkan analisis data dilakukan dengan analisis statistik deskriptif, serta identifikasi kerentanan dominan dilakukan dengan analisis Vulnerability Index (VI). Dari hasil penelitian ditemui 10 faktor kerentanan dengan status sangat tinggi dan 1 status tinggi, serta 45 indikator dengan status kerentanan sangat tinggi dan 3 indikator dengan status rendah. Faktor kerentanan yang paling dominan sering terjadi dalam rantai pasok proyek jembatan di Provinsi Aceh adalah Kerentanan Tekanan Pasar (X10) nilai VI (0,866) , Kerentanan Tekanan Politik Atau Hukum (X7) nilai VI (0,861) , Kerentanan Gangguan Kerusakan Fisik (X9) nilai VI (0,855).

The implementation of the bridge construction project has a system of supplying materials/equipment to the project which is called the supply chain. The supply chain is a system of cooperation in the supply of materials or raw materials that involves several parties. The supply chain must be properly considered to prevent possible supply chain vulnerabilities that could hamper project sustainability. Based on these problems, this study aims to identify the most dominant vulnerabilities that occur in the supply chain of bridge construction projects in Aceh Province. Based on data obtained from LPSE, a sample of 16 bridge projects was obtained in 2018-2022. Data testing was carried out by validity and reliability tests, while data analysis was carried out by descriptive statistical analysis, and identification of dominant vulnerabilities was carried out by analysis of the Vulnerability Index (VI). The results of the study found 10 vulnerability factors with very high status and 1 indicator with high status, and 45 indicators with very high vulnerability status and 3 indicators with low status. The most dominant vulnerability factor that often occurs in the supply chain of bridge projects in Aceh Province is Vulnerability to Market Pressure (X10) value VI (0.866), Vulnerability to Political or Legal Pressure (X7) value VI (0.861), Susceptibility to Physical Damage Interruption (X9) value VI (0.855).