Electronic Theses and Dissertation

Pendahuluan: Prosedur laparotomi emergensi termasuk dalam prosedur pembedahan resiko tinggi untuk mengatasi ancaman keselamatan jiwa karena berbagai penyebab seperti trauma atau infeksi. Prediksi mortalitas berkaitan dengan prosedur tersebut perlu dilakukan untuk pertimbangan medis, sosial dan ekonomi. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan Mannheim Peritonitis Index (MPI) dan World Society of Emergency Surgery Sepsis Severity Score (WSES-SSS) sebagai prediktor mortalitas pada prosedur laparotomi emergensi.
Metode: Penelitian ini termasuk studi observasional dengan desain kohort prospektif yang dilakukan di rumah sakit tersier provinsi Aceh, Indonesia. Penilaian kematian dilakukan selama masa rawatan dirumah sakit setelah prosedur pembedahan. Penilaian terhadap sensitivitas, spesifisitas, akurasi dan kemakanaan prediktor dilakukan dengan menggunakan receive operating curve (ROC).
Hasil: Sebanyak 21 subjek penelitian terlibat dalam penelitian ini dengan rerata usia pada kelompok hidup dan meninggal secara berututan 57 dan 72 tahun. Penilaian MPI memiliki sensitivitas 63,64%, spesifisitas 30%, dan akurasi sebesar 47,62% dengan AUC sebesar 0,486. WSES-SSS memiliki sensitivitas 72,73%,
spesifisitas 30%, dan akurasi sebesar 52,38% (AUC 0,586).
Kesimpulan: Penilaian WSES-SSS menunjukkan kemampuan prediktor mortalitas yang lebih baik dibandingkan MPI pada penderita yang menjalani prosedur laparotomi emergensi. Evaluasi terhadap diagnosis penyebab perlu diperhatikan untuk meningkatkan akurasi prediktor.

Kata Kunci: Laparotomi emergensi, MPI, WSES-SSS, prediktor mortalitas

Introduction: Emergency laparotomy procedure is a high-risk surgical procedure to treat life-threatening due to various causes such as trauma or infection. Prediction of mortality with regard to such procedures needs to be done for medical, social and economic considerations. This study aimed to compare the Mannheim Peritonitis Index (MPI) and the World Society of Emergency Surgery Sepsis Severity Score (WSES-SSS) as predictors of mortality in emergency laparotomy procedures. Method: This study included an observational study with a prospective cohort design conducted in a tertiary hospital of Aceh province, Indonesia. Mortality assessment is performed during the hospital stay after the surgical procedure. Assessment of the predictor's sensitivity, specificity, accuracy and significancy was conducted using the receive operating curve (ROC). Result: A total of 21 study subjects were involved in this study with average ages in the living and dying groups of 57 and 72 years respectively. The MPI assessment has a sensitivity of 63.64%, specificity of 30%, and accuracy of 47.62% with an AUC of 0.486. WSES-SSS has a sensitivity of 72.73%, specificity of 30%, and accuracy of 52.38% (AUC 0.586). Conclusion: WSES-SSS assessment showed better predictor ability of mortality than MPI in patients undergoing emergency laparotomy procedures. Evaluation of the diagnosis of the cause needs to be considered to improve the accuracy of the predictor. Keywords: emergency laparotomy, MPI, WSES-SSS, mortality predictor