UJI KOMPATIBILITAS BACILLUS THURINGIENSIS AK08 DAN STREPTOMISIN SULFAT 20% SECARA IN VITRO DALAM MENGHAMBAT PERTUMBUHAN ENTEROBACTER SP. PENYEBAB LAYU BAKTERI PADA NILAM | ELECTRONIC THESES AND DISSERTATION

Electronic Theses and Dissertation

Universitas Syiah Kuala

    SKRIPSI

UJI KOMPATIBILITAS BACILLUS THURINGIENSIS AK08 DAN STREPTOMISIN SULFAT 20% SECARA IN VITRO DALAM MENGHAMBAT PERTUMBUHAN ENTEROBACTER SP. PENYEBAB LAYU BAKTERI PADA NILAM


Pengarang

EMA SOFIA WIRDA - Personal Name;

Dosen Pembimbing

Hartati Oktarina - 198110182006042001 - Dosen Pembimbing I



Nomor Pokok Mahasiswa

1905109010054

Fakultas & Prodi

Fakultas Pertanian / Proteksi Tanaman (S1) / PDDIKTI : 54295

Subject
-
Kata Kunci
-
Penerbit

Banda Aceh : Fakultas Pertanian Proteksi Tanaman., 2024

Bahasa

No Classification

-

Literature Searching Service

Hard copy atau foto copy dari buku ini dapat diberikan dengan syarat ketentuan berlaku, jika berminat, silahkan hubungi via telegram (Chat Services LSS)

Tanaman nilam merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri yang digunakan sebagai bahan baku untuk industri kosmetik, parfum dan farmasi. Diantara jenis nilam yang ditanam di Indonesia, nilam Aceh (Pogostemon cablin Benth.) paling diminati petani maupun konsumen karena memiliki aroma yang khas dan menghasilkan kandungan minyak sekitar 2-5%. Pada tahun 2022, tanaman nilam di Kecamatan Krueng Sabee dilaporkan terserang patogen dengan gejala layu pada tanaman nilam yang disebabkan oleh bakteri Enterobacter sp. Pengendalian yang umum dilakukan oleh petani yaitu menggunakan bakterisida sintetik seperti streptomisin sulfat karena dapat bekerja secara cepat. Streptomisin sulfat merupakan bahan aktif pada bakterisida sintetik dengan merk dagang Agrept yang biasanya digunakan untuk mengendalikan penyakit pada tanaman. Penggunaan bahan kimia dapat menimbulkan residu, mencemari lingkungan, terbunuhnya musuh-musuh alami dan berbahaya bagi manusia. Salah satu langkah untuk mengurangi penggunaan bahan kimia adalah dengan cara mengkombinasikannya dengan Teknik pengendalian lainnya seperti metode biologi. Bakteri antagonis B. thuringiensis diketahui mampu mengendalikan berbagai patogen penyebab penyakit pada tanaman. Sejauh ini belum ada laporan mengenai penggabungan B. thuringensis dengan streptomisin sulfat untuk mengendalikan bakteri patogen. Oleh karena itu, pada penelitian ini akan dipelajari kompatibilitas B. thuringiensis dengan streptomisin sulfat secara in vitro.
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh sejak bulan Maret sampai Oktober 2023. Penelitian ini terdiri dari dua tahap percobaan, yaitu uji kompatibilitas dan uji sinergisme. Uji kompatibilitas antara B. thuringiensis dan streptomisin sulfat dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) non faktorial yang terdiri dari 5 perlakuan dan 4 ulangan. Tahapan uji kompatibilitas berupa B. thuringiensis ditumbuhkan pada media yang mengandung streptomisin sulfat dengan beberapa konsentrasi (0, 50, 100, 150 dan 200 ppm), sedangkan uji sinergisme dilakukan dengan mengkombinasi B. thuringiensis dan streptomisin sulfat untuk mengendalikan Enterobacter sp. secara dual culture pada media NA. Pengamatan dilakukan setiap hari yaitu dengan mengukur diameter koloni Enterobacter sp. dan pertumbuhan koloni B. thuringiensis yang telah kontak dengan streptomisin sulfat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi yang dipilih untuk uji kompatibilitas adalah 50 ppm, karena pada tingkat konsentrasi tersebut, B. thuringiensis mengalami pertumbuhan yang lebih optimal dibandingkan dengan konsentrasi lainnya. Persentase daya hambat dari perlakuan streptomisin sulfat tunggal dan kombinasi menunjukkan tingkat tertinggi pada 7 HSI, yaitu sebesar 70,25% dan 75,57%. Sementara itu, persentase daya hambat terendah terlihat pada perlakuan B. thuringiensis tunggal, sekitar 56,04%. Dapat disimpulkan dari hasil bahwa B. thuringiensis bersifat kompatibel dalam menghambat pertumbuhan Enterobacter sp.

Patchouli is one of the essential oil-producing plants used as raw material for the cosmetic, perfume, and pharmaceutical industries. Among the patchouli varieties cultivated in Indonesia, Aceh patchouli (Pogostemon cablin Benth.) is most favored by farmers and consumers due to its distinctive aroma and oil content of around 2-5%. In 2022, patchouli plants in Krueng Sabee District were reported to be affected by pathogens exhibiting wilting symptoms caused by Enterobacter sp. The common control method used by farmers is synthetic bactericide like streptomycin sulfate because of its rapid action. Streptomycin sulfate, marketed under the brand name Agrept, is an active ingredient in synthetic bactericides typically used to control plant diseases. Chemical use can lead to residues, environmental pollution, the elimination of natural enemies, and hazards to humans. One strategy to reduce chemical use involves combining it with other control techniques such as biological methods. The antagonistic bacterium B. thuringiensis is known to control various plant pathogenic agents. To date, there have been no reports on combining B. thuringiensis with streptomycin sulfate to control pathogenic bacteria. Therefore, this study will investigate the in vitro compatibility of B. thuringiensis with streptomycin sulfate. This research was conducted at the Plant Pathology Laboratory, Faculty of Agriculture, Syiah Kuala University, Banda Aceh, from March to October 2023. The study consisted of two experimental phases: compatibility testing and synergism testing. Compatibility testing between B. thuringiensis and streptomycin sulfate was conducted using a Completely Randomized Design (CRD) non-factorial with 5 treatments and 4 replications. In the compatibility testing phase, B. thuringiensis was grown on media containing streptomycin sulfate at various concentrations (0, 50, 100, 150, and 200 ppm), while synergism testing involved combining B. thuringiensis and streptomycin sulfate to control Enterobacter sp. through dual culture on NA media. Observations were made daily by measuring the colony diameter of Enterobacter sp. and the growth of B. thuringiensis colonies that had been exposed to streptomycin sulfate. The research results indicate that the chosen concentration for compatibility testing was 50 ppm, as at this concentration, B. thuringiensis exhibited more optimal growth compared to other concentrations. The inhibition percentage from the single streptomycin sulfate treatment and the combination showed the highest levels at 7 HSI, specifically 70.25% and 75.57%, respectively. Meanwhile, the lowest inhibition percentage was observed in the single B. thuringiensis treatment, approximately 56.04%. It can be concluded from the results that B. thuringiensis is compatible in inhibiting the growth of Enterobacter sp.

Citation



    SERVICES DESK