Electronic Theses and Dissertation

Kopi merupakan salah satu komoditas subsektor perkebunan yang memegang peranan penting bagi perekonomian nasional. Secara khusus komuditas kopi dapat menghasilkan sumber devisa, penyedia lapangan kerja dan sumber pendapatan bagi petani maupun pelaku ekonomi lainnya. Peran meraka yang terlibat dalam budidaya, pengolahan dan pemasaran hasil kopi, terutama di daerah-daerah sentra produksi kopi seperti Sumatera Selatan, Lampung, Aceh, Sumatera Utara dan Jawa Timur. Secara umum perkebunan kopi rakyat belum dikelola secara baik seperti perkebunan besar, sehingga berbagai masalah muncul, salah satu adalah masalah produktivitas. Produktivitas yang tinggi akan dicapai apabila semua faktor produksi dialokasikan secara optimal.
Kopi merupakan tanaman perkebunan yang sudah lama dibudidayakan di Indonesia. Kopi ditanam di hampir semua bagian Indonesia, termasuk di Aceh yang terdapat dua spesies kopi yang dikenal secara umum dan dibudidayakan oleh masyarakat Aceh, yaitu kopi Robusta (Coffea canephora) dan kopi Arabika. Saat mengembangkan komoditas pertanian, seperti kopi, penting untuk memperhitungkan potensi wilayahnya. Oleh karena itu, perencanaan pengembangan komoditas unggulan harus mempertimbangkan kondisi geografis dan lingkungan setempat. Tujuan dari penelitian ini yaitu pemetaan atribut kebun kopi eksisting dengan memanfaatkan sistem informasi geografis di Kabupaten Aceh Tengah dan juga mengetahui luasan dan penyebaran lahan yang berpotensi untuk dikembangkan kebun kopi dengan memanfaatkan sistem informasi geografis di Kabupaten Aceh Tengah.
Pemetaan dilakukan dengan menganalisis beberapa faktor kondisi biofisik lahan kopi seperti faktor kemiringan lereng, ketinggian tempat, dan curah hujan. Analisis data spasial dilakukan dengan overlay kaidah union. Tahap ini menghasilkan peta kondisi biofisik lahan kopi, lalu dilakukan overlay kaidah union dengan peta pola ruang yang ditinjau berdasarkan kawasan budidaya.
Hasil analisis menunjukan Kabupaten Aceh Tengah memiliki luas 445.433,94 ha. Luas kebun kopi di Kabupaten Aceh Tengah adalah 41.209,53 ha, dengan kebun kopi terluas terdapat di Kecamatan Ketol seluas 7.030,18 (17.06 %) dan hamparan kebun kopi terkecil terdapat di Kecamatan Lut Tawar seluas 679,28 ha (1,65%). Setelah di dapatkan hasil potensi lahan yang dapat dikembangakan kebun kopi Arabika di Kabupaten Tengah seluas 45.852,80 ha dan untuk kebun kopi Robusta seluas 24.748,66 ha. Lahan yang memiliki potensi pengembangan kebun kopi terluas terdapat di Kecamatan Linge, yaitu 17.307,51 ha untuk kopi varietas Arabika dan 24.748,66 ha untuk kebun kopi robusta. Lahan yang memiliki potensi pengembangan kebun kopi terkecil terdapat di Kecamatan Lut Tawar dengan luas 145,19 ha untuk varietas Arabika dan Silih Nara 0,62 ha untuk varietas Robusta.

Coffee is one of the plantation subsector commodities which plays an important role in the national economy. In particular, the coffee commodity can generate foreign exchange, provide employment opportunities and a source of income for farmers and other economic actors. Their role is involved in cultivating, processing and marketing coffee products, especially in coffee production center areas such as South Sumatra, Lampung, Aceh, North Sumatra and East Java. In general, smallholder coffee plantations are not managed as well as large plantations, so various problems arise, one of which is productivity problems. High productivity will be achieved if all production factors are allocated optimally. Coffee is a plantation crop that has long been cultivated in Indonesia. Coffee is grown in almost all parts of Indonesia, including in Aceh where there are two species of coffee that are generally known and cultivated by the people of Aceh, namely Robusta coffee (Coffea canephora) and Arabica coffee. When developing agricultural commodities, such as coffee, it is important to take into account the potential of the region. Therefore, planning for the development of superior commodities must take into account local geographic and environmental conditions. The aim of this research is to map the attributes of existing coffee plantations by utilizing the geographic information system in Central Aceh Regency and also to determine the extent and distribution of land that has the potential to develop coffee plantations by utilizing the geographic information system in Central Aceh Regency. Mapping was carried out by analyzing several factors of the biophysical condition of coffee fields such as slope, altitude and rainfall. Spatial data analysis is carried out by overlaying the union rule. This stage produces a map of the biophysical conditions of the coffee land, then the union rules are overlaid with a spatial pattern map which is reviewed based on the cultivation area. The analysis results show that Central Aceh Regency has an area of ​​445,433.94 ha. The area of ​​coffee plantations in Central Aceh Regency is 41,209.53 ha, with the largest coffee plantation in Ketol District covering an area of ​​7,030.18 (17.06%) and the smallest coffee plantation area in Lut Tawar District covering an area of ​​679.28 ha (1.65%) . After obtaining the results, the potential land that can be developed for Arabica coffee plantations in Central Regency covers an area of ​​45,852.80 ha and for Robusta coffee plantations an area of ​​24,748.66 ha. The land with the largest potential for coffee plantation development is in Linge District, namely 17,307.51 ha for Arabica coffee varieties and 24,748.66 ha for Robusta coffee plantations. The land with the smallest potential for coffee plantation development is in Lut Tawar District with an area of ​​145.19 ha for the Arabica variety and Silih Nara 0.62 ha for the Robusta variety.