Electronic Theses and Dissertation

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ketinggian tempat tumbuh dan metode pengolahan pasca panen terhadap karakteristik fisikokimia dan citarasa kopi arabika (Coffea arabica) Gayo. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini yaitu untuk melihat rendemen dan sifat fisik kopi beras (nilai trase pada biji kopi beras, defect (kerusakan) pada biji kopi beras, ukuran kopi beras, densitas, kadar air dan kadar abu), untuk melihat sifat kimia pada roasted been (nilai pH, total padatan terlarut, senyawa fenolik dan nilai kafein) serta untuk melihat cupping quality. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 2 faktor. Faktor pertama adalah ketinggian tempat tumbuh buah kopi gelondong (K) yaitu K1=1100-1200 mdpl, K2=1300-1400 mdpl dan K3=1600-1700 mdpl. Faktor kedua adalah metode pengolahan pasca panen (P) yaitu P1=Semi wash dry hull, P2=Honey. Setiap perlakuan dilakukan dengan 3 kali pengulangan sehingga diperoleh 18 kali ulangan rancangan percobaan. Pada semua perlakuan bahan baku utamanya adalah buah kopi gelondong dari berbagai varietas (ateng super, p88 dan tim-tim).

This study aims to investigate the influence of growing altitude and post-harvest processing methods on the physicochemical characteristics and flavor profile of Gayo Arabica coffee (Coffea arabica). The specific objectives of this research are to examine the yield and physical properties of green coffee beans (parchment value, defects, bean size, density, moisture content, and ash content), to assess the chemical properties of roasted beans (pH value, total dissolved solids, phenolic compounds, and caffeine content), and to evaluate cupping quality. The study employed a Randomized Complete Block Design (RCBD) with two factors. The first factor is the altitude of coffee fruit cultivation (K), categorized as K1=1100-1200 masl, K2=1300-1400 masl, and K3=1600-1700 masl. The second factor is the post-harvest processing method (P), namely P1=Semi wash dry hull and P2=Honey. Each treatment was replicated three times, resulting in a total of 18 experimental units. The primary raw material used across all treatments consisted of coffee cherries from various varieties (Ateng Super, P88, and Tim-Tim).