Electronic Theses and Dissertation

Tercapainya target produksi merupakan hal yang diharapkan oleh setiap perusahaan. Upaya yang dapat dilakukan agar tercapainya target produksi yaitu dengan menaikkan tingkat efisiensi dan meminimumkan waste seperti produk cacat, meminimalkan gerakan-gerakan yang tidak manghasilkan nilai tambah, produksi yang berlebihan dan waktu produksi seefisien mungkin. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu menentukan tingkat persentase waste, menganalisis waste yang paling dominan dan membandingkan waste dari ketiga perusahaan sejenis. Salah satu metode yang digunakan dalam mengurangi terjadinya waste menggunakan metode Waste Assesment Model (WAM) dimana metode ini bertujuan untuk menjelaskan definisi dari 7 waste seperti overproduction, waiting, transportation, unnecessary inventory, inappropriate processing, defects dan unnecessary motion, kemudian di analisis dan dilakukan perbaikan dengan metode Failure Mode Effect Analysis (FMEA) dimulai dengan menganalisis faktor kegagalan atau akar permasalahan yang terjadi pada proses produksi. Berdasarkan hasil identifikasi waste dengan metode WAM dari ketiga perusahaan terdapat lima jenis waste yang memiliki persentase tertinggi dari ke tujuh waste diantaranya yaitu waste Defect dengan tingkat persentase sebesar 23,489%, 21,144% dan 20,949%, untuk waste Inventory 20,489%, 15,616% dan 18,694%, untuk jenis waste Overproduction yaitu 15,749%, 15,480% dan 15,391%, untuk jenis waste Waiting 9,382%, 12,651% dan 13,209 sedangkan untuk jenis waste Motion 13,850%, 11,299% dan 10,739%. Meminimalisasi waste yang terjadi pada ketiga perusahaan pembuatan roti dimana penyebab timbulnya waste dengan metode Failure Mode and Effects Analysis (FMEA) dimana faktor Defect dengan nilai RPN tertinggi yaitu sebesar 576, sehingga untuk meminimalisasinya yaitu dengan memberikan usulan perbaikan yaitu pada produk cacat direkomendasi perawatan pada mesin oven secara berkala, penjadwalan produksi yang terstruktur dan memberikan alat material handling pada proses produksi dan perbaikan pada layout yang tidak efektif serta merekomendasikan perbaikan yaitu memberikan usulan layout produksi dimana perancangan tata letak layout yang telah dibuat di beberapa stasiun agar memudahkan pekerja untuk mengambil bahan baku yang diperlukan menjadi lebih mudah dan lebih cepat. Hasil perbandingan waste yang paling dominan dari ketiga perusahaan adalah jenis waste defect dimana dari ketiga perusahan untuk waste tertinggi yaitu pada perusahaan Sarigut Bakery dengan persentase waste defect sebesar 23,489% kedua yaitu pada perusahaan Nafisah Bakery dengan persentase waste defect sebesar 21,144 dan persentase waste terendah yaitu pada perusahaan Istana Bakeri dengan persentase waste defect sebesar 20,949%.

Kata kunci : Meminimasi Seven Waste, Produksi Roti, Waste Assesment Model (WAM), Failure Mode and Effects Analysis (FMEA).

Achieving production targets is the goal of every company. Efforts to achieve production targets include increasing efficiency and minimizing waste, such as defective products, reducing non-value-added movements, overproduction, and making production time as efficient as possible. The objectives of this study are to determine the percentage level of waste, analyze the most dominant waste, and compare waste among three similar companies. One method used to reduce waste is the Waste Assessment Model (WAM), which aims to explain the definition of the seven types of waste: overproduction, waiting, transportation, unnecessary inventory, inappropriate processing, defects, and unnecessary motion. These wastes are then analyzed and improved using the Failure Mode Effect Analysis (FMEA) method, which starts by analyzing the failure factors or root causes of issues in the production process. Based on the waste identification results using the WAM method, five types of waste have the highest percentages among the seven types of waste in the three companies. These are Defect waste with percentages of 23.489%, 21.144%, and 20.949%; Inventory waste at 20.489%, 15.616%, and 18.694%; Overproduction waste at 15.749%, 15.480%, and 15.391%; Waiting waste at 9.382%, 12.651%, and 13.209%; and Motion waste at 13.850%, 11.299%, and 10.739%. Minimizing waste in the three bread-making companies involves identifying the causes of waste using the FMEA method, where Defect waste has the highest RPN value of 576. To minimize this, proposed improvements include regular maintenance of oven machines, structured production scheduling, providing material handling equipment in the production process, and improving ineffective layouts. Recommendations for layout improvements include designing production layouts at various stations to make it easier and faster for workers to retrieve the necessary raw materials. The comparison results show that the most dominant waste among the three companies is Defect waste. The highest Defect waste percentage is found in Sarigut Bakery at 23.489%, followed by Nafisah Bakery at 21.144%, and the lowest in Istana Bakeri at 20.949%. Keywords: Minimizing Seven Waste, Bread Production, Waste Assessment Model (WAM), Failure Mode and Effects Analysis (FMEA).