POLA BUDIDAYA AGROFORESTRI KOPI (COFFEA SP) DAN IMPLIKASINYA BAGI PENDAPATAN MASYARAKAT (STUDI KASUS DI KECAMATAN KUTAPANJANG DAN PANTAN CUACA KABUPATEN GAYO LUES PROVINSI ACEH) | ELECTRONIC THESES AND DISSERTATION

Electronic Theses and Dissertation

Universitas Syiah Kuala

    THESES

POLA BUDIDAYA AGROFORESTRI KOPI (COFFEA SP) DAN IMPLIKASINYA BAGI PENDAPATAN MASYARAKAT (STUDI KASUS DI KECAMATAN KUTAPANJANG DAN PANTAN CUACA KABUPATEN GAYO LUES PROVINSI ACEH)


Pengarang

SRI MINTA - Personal Name;

Dosen Pembimbing

Ashabul Anhar - 196606291990031002 - Dosen Pembimbing I
Ali Makmur,S.Pt, M.Si - - - Dosen Pembimbing II



Nomor Pokok Mahasiswa

1705150020036

Fakultas & Prodi

Fakultas Pertanian / Kehutanan (Gayo Lues) (S1) / PDDIKTI : 54254

Subject
-
Kata Kunci
-
Penerbit

Banda Aceh : Fakultas Pertanian Kehutanan., 2024

Bahasa

No Classification

-

Literature Searching Service

Hard copy atau foto copy dari buku ini dapat diberikan dengan syarat ketentuan berlaku, jika berminat, silahkan hubungi via telegram (Chat Services LSS)

RINGKASAN
Komoditas kopi merupakan salah satu dari beberapa komoditas perkebunan yang dibudidayakan oleh masyarakat di Kecamatan Kutapanjang dan Pantan Cuaca Kabupaten Gayo Lues. Kopi di Kecamatan Kutapanjang dan Pantan Cuaca Kabupaten Gayo Lues merupakan salah satu komoditas perkebunan yang diekspor untuk meningkatkan kegiatan perekonomian dan menghasilkan devisa bagi negara selain dari hasil pertanian padi, coklat dan jagung. Kopi sebaiknya ditanam di daerah dengan curah hujan 1.250 – 2.500 mm per tahun. Jenis kopi yang banyak dibudidayakan di Indonesia adalah jenis kopi arabika dan kopi robusta. Syarat kesesuaian iklim dan geografi Indonesia yang banyak didominasi perbukitan membuat komoditas kopi arabika dan kopi rabusta cocok dibudidayakan. Kopi di Indonesia tumbuh baik di tempat dengan ketinggian lebih dari 1.000 mdpl sampai 2.000 mdpl.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui bagaimana pola budidaya agroforestri di Kecamatan Kutapanjang dan Pantan Cuaca Kabupaten Gayo Lues dan untuk mengetahui analisis pendapatan masyarakat di Kecamatan Kutapanjang dan Pantan Cuaca Kabupaten Gayo Lues. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik analisa deskriptif kualitatif. Metode penelitian ini digunakan dengan maksud untuk memahami fenomena tentang fakta-fakta atau keadaan yang ada di lapangan.
Sistem agroforestri yang dilakukan oleh petani di Kecamatan Pantan Cuaca dan Kutapanjang, menunjukan bahwa sistem agroforestri yang di terapkan hanya terdiri dari beberapa jenis tanaman yaitu tanaman kopi, lamtoro, durian, alpukat, jeruk, kakao, mangga, nangka dan cabai. Pola agroforestri di Kecamatan Pantan Cuaca dan Kutapanjang terpenuhinya kebutuhan masyarakat. Pola agroforestri sederhana adalah perpaduan konvensional yang terdiri atas sejumlah kecil unsur, yang menggambarkan apa yang kini dikenal sebagai skema agroforestri kelasik. Nilai produk agroforestri yang memberikan kontribusi terbesar terhadap pendapatan masyarakat Kecamatan Kutapanjang adalah dari tanaman kopi dengan nilai ekonomi sebesar Rp 36.759.500/tahun dan pendapatan masyarakat Kecamatan Pantan Cuaca adalah dari tanaman kopi dengan nilai ekonomi sebesar Rp 163.815.500/tahun. Sementara pendapatan responden dari hasil pemanfaatan tanaman selain tanaman utama di Kecamatan Kutapanjang hanya sebesar Rp 707.000/tahun dan di Kecamatan Pantan Cuaca hanya sebesar Rp 3.530.400/tahun.
Kata Kunci: Sistem Agroforestri, Kopi, Pendapatan

SUMMARY Coffee is one of several plantation commodities cultivated by the community in Kutapanjang and Pantan Cuaca Districts, Gayo Lues Regency. Coffee in Kutapanjang and Pantan Cuaca Districts, Gayo Lues Regency is one of the plantation commodities exported to increase economic activities and generate foreign exchange for the country in addition to rice, cocoa, and corn farming products. Coffee should be planted in areas with rainfall of 1,250 - 2,500 mm per year. The types of coffee that are widely cultivated in Indonesia are Arabica and Robusta coffee. The suitability requirements for the climate and geography of Indonesia, which is dominated by hills, make Arabica and Robusta coffee suitable for cultivation. Coffee in Indonesia grows well in places with an altitude of more than 1,000 meters above sea level to 2,000 meters above sea level. The purpose of this study was to determine the pattern of agroforestry cultivation in Kutapanjang and Pantan Cuaca Districts, Gayo Lues Regency and to determine the analysis of community income in Kutapanjang and Pantan Cuaca Districts, Gayo Lues Regency. Data analysis used in this study uses qualitative descriptive analysis techniques. This research method is used with the intention of understanding the phenomenon of facts or conditions in the field. The agroforestry system carried out by farmers in Pantan Cuaca and Kutapanjang Districts shows that the agroforestry system applied only consists of several types of plants, namely coffee, lamtoro, durian, avocado, orange, cocoa, mango, jackfruit, and chili. The agroforestry pattern in Pantan Cuaca and Kutapanjang Districts fulfills the needs of the community. The simple agroforestry pattern is a conventional combination consisting of a small number of elements, which describes what is now known as a classic agroforestry scheme. The value of agroforestry products that provide the largest contribution to the income of the Kutapanjang District community is from coffee plants with an economic value of IDR 36,759,500/year and the income of the Pantan Cuaca District community is from coffee plants with an economic value of IDR 163,815,500/year. Meanwhile, respondents' income from the utilization of plants other than the main plants in Kutapanjang District was only Rp 707,000/year, and in Pantan Cuaca District it was only Rp 3,530,400/year. Keywords: Agroforestry System, Coffee, Income

Citation



    SERVICES DESK