Electronic Theses and Dissertation

Penelitian ini bertujuan untuk membuat film selulosa dari ampas kopi bekas (spent coffee ground) dengan bahan pengisi minyak nilam (pogostemon calbin) sebagai pengemas makanan alternatif. Selulosa untuk pembuatan film selulosa diisolasi dari ampas kopi bekas dengan metode kimia. Selulosa berhasil diisolasi dari ampas kopi bekas yang dibuktikan dengan spektrum FT-IR yang tidak menemukan adanya puncak serapan dari lignin dan hemiselulosa serta difraktogram XRD yang menampilkan indeks kristalinitas dari selulosa sebesar 31,37 %. Empat variasi film dibuat yaitu film selulosa (Film Sel), film selulosa gliserol (Film Sel G), film selulosa minyak nilam (Film Sel N) dan film selulosa gliserol minyak nilam (Film Sel GN). Penambahan gliserol dan minyak nilam menurunkan nilai kuat tarik film selulosa yaitu dari 5,88 MPa menjadi 1,93 MPa, namun meningkatkan nilai % elongasi 3,08 % menjadi 9,04 % dimana sifat film yang awalnya kaku menjadi lebih elastis. Karakterisasi dengan FT-IR membuktikan terbentuknya film sel GN memunculkan bilangan gelombang khas dari selulosa, gliserol dan minyak nilam. Difraktogram XRD pada sampel film selulosa menunjukkan indeks kristalitas 33,68% dan terjadi penurunan indeks kristalinitas pada Film Sel GN menjadi 21,64% yang dipengaruhi oleh gliserol dan minyak nilam. Hasil uji scanning electron microscopy pada Film Sel GN menunjukkan permukaan film yang lebih renggang yang membuktikan gliserol dan minyak nilam berhasil masuk diantara ikatan molekul selulosa. Hasil uji aktifitas antibakteri menghasilkan film Fim Sel GN yang mampu menghambat bakteri staphylococcus aureus dengan ukuran zona bening 6,35 dan 7,8 mm.

This research aims to make cellulose film from used coffee grounds (spent coffee ground) with patchouli oil (pogostemon calbin) as an alternative food packaging material. Cellulose for making cellulose films is isolated from used coffee grounds by chemical methods. Cellulose was successfully isolated from used coffee grounds as evidenced by the FT-IR spectrum which found no absorption peaks of lignin and hemicellulose and XRD diffractogram which displayed a crystallinity index of cellulose of 31.37%. Four film variations were made: cellulose film (Cell Film), glycerol cellulose film (Cell Film G), patchouli oil cellulose film (Cell Film N) and patchouli oil glycerol cellulose film (Cell Film GN). The addition of glycerol and patchouli oil reduces the tensile strength value of cellulose film, namely from 5.88 MPa to 1.93 MPa, but increases the % elongation value from 3.08% to 9.04% where the initially stiff film becomes more elastic. Characterization using FT-IR proves that the formation of GN cell films gives rise to characteristic wave numbers from cellulose, glycerol and patchouli oil. The XRD diffractogram on the cellulose film sample showed a crystallinity index of 33.68% and there was a decrease in the crystallinity index on the GN Cell Film to 21.64% which was influenced by glycerol and patchouli oil. The results of the scanning electron microscopy test on the GN Cell Film show a looser surface, which proves that glycerol and oil have successfully entered between the cellulose molecular bonds. The results of the antibacterial activity test produced GN Sel Fim film which was able to inhibit staphylococcus aureus bacteria with a clear zone size of 6.35 and 7.8 mm.