PROSES BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA SMP MELALUI MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING | ELECTRONIC THESES AND DISSERTATION

Electronic Theses and Dissertation

Universitas Syiah Kuala

    THESES

PROSES BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA SMP MELALUI MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING


Pengarang

PURNAMA MULIA FARIB - Personal Name;

Dosen Pembimbing



Nomor Pokok Mahasiswa

1609200160037

Fakultas & Prodi

Fakultas / / PDDIKTI :

Penerbit

Banda Aceh : Program Studi Magister Pendidikan Matematika Universitas Syiah Kuala., 2019

Bahasa

Indonesia

No Classification

371.3

Literature Searching Service

Hard copy atau foto copy dari buku ini dapat diberikan dengan syarat ketentuan berlaku, jika berminat, silahkan hubungi via telegram (Chat Services LSS)

Kurikulum 2013 mengamanatkan bahwa keterampilan berpikir kritis matematis perlu dimiliki oleh siswa sebagai penunjang keberhasilan tujuan belajar. Namun, kenyataan di sekolah, siswa hanya menyelesaikan masalah pada soal dengan tepat, tanpa mencoba untuk memahami esensi dari masalah yang diberikan. Salah satu pembelajaran yang disarankan oleh kurikulum 2013 dalam pembelajaran matematika adalah penerapan model pembelajaran discovery learning. Penelitian bertujuan mendeskripsikan proses berpikir kritis matematis dan mengidentifikasi tingkat berpikir kritis matematis siswa yang diberikan pembelajaran discovery learning. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Subjek penelitian adalah 6 orang siswa yang diambil dari 37 siswa kelas VII-E MTsN 3 Aceh Barat dan dipilih berdasrakan kemampuan awal matematika. Instrumen penelitian meliputi peneliti, tes berpikir kritis, dan pedoman wawancara. Teknik pengumpulan data yang digunakan terdiri dari tes berpikir kritis dan wawancara. Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian, pada penyelesaian masalahsiswa lebih banyak melakukan proses specializing dan generalizing. Siswa mengidentifikasi masalah yang disajikan serta menyusun langkah penyelesaian yang mungkin untuk penyelesaian masalah. Namun pada proses conjecturing dan convincing,siswa masih perlu dilatih dalam menganalogikan masalah serta menyelesaikan masalah dengan cara yang beragam. tahapan tersebut muncul atau terjadi bersamaan pada setiap indikator berpikir kritis. Tingkatan berpikir kritis yang dicapai oleh siswa mencapai tingkat berpikir kritis tinggi, yaitu memenuhi indikator elemen bernalar dan standar intelektual bernalar, namun terbatas pada elemen bernalar yaitu sudut pandang. Tidak ada siswa yang mencapai tingkatan berpikir kritis sangat tinggi, yaitu memenuhi seluruh indikator elemen bernalar dan standar intelektual bernalar, namun ada siswa yang menempati tingkat berpikir kritis sangat rendah, yaitu tidak memenuhi semua indikator tingkatan berpikir kritis. Pembelajaran discovery learning dan hasil identifikasi proses berpikir dapat digunakan guru untuk merancang pembelajaran serta menilai kemampuan berpikir kritis siswa.

Tidak Tersedia Deskripsi

Citation



    SERVICES DESK