PROBLEMATIKA KERAJINAN ANYAMAN PANDAN: ANALISA STRUKTURASI TERHADAP MEREDUPNYA INDUSTRI ANYAMAN TIKAR PANDAN PADA KELOMPOK PENGRAJIN TRADISIONAL DI GAMPONG PULO TUKOK, KECAMATAN BATEE, KABUPATEN PIDIE | ELECTRONIC THESES AND DISSERTATION

Electronic Theses and Dissertation

Universitas Syiah Kuala

    NULL

PROBLEMATIKA KERAJINAN ANYAMAN PANDAN: ANALISA STRUKTURASI TERHADAP MEREDUPNYA INDUSTRI ANYAMAN TIKAR PANDAN PADA KELOMPOK PENGRAJIN TRADISIONAL DI GAMPONG PULO TUKOK, KECAMATAN BATEE, KABUPATEN PIDIE


Pengarang

Salawati - Personal Name;

Dosen Pembimbing



Nomor Pokok Mahasiswa

1610101010019

Fakultas & Prodi

Fakultas Ilmu Sosial dan Politik / Sosiologi (S1) / PDDIKTI : 69201

Subject
-
Kata Kunci
-
Penerbit

Banda Aceh : Universitas Syiah Kuala., 2021

Bahasa

Indonesia

No Classification

-

Literature Searching Service

Hard copy atau foto copy dari buku ini dapat diberikan dengan syarat ketentuan berlaku, jika berminat, silahkan hubungi via telegram (Chat Services LSS)

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan penyebab tidak berkembangnya kerajinan anyaman pandan di Kecamatan Batee. Masyarakat Gampong Pulo Tukok secara turun temurun telah memproduksi tikar anyaman pandan, namun industri ini hingga saat ini semakin meredup. Pengambilan data dilakukan secara kualitatif melalui wawancara kepada 4 orang informan, yang dianggap dapat menjelaskan permasalahan tidak berkembangnya industri kerajinan anyaman pandan ini. Hasil penelitian dianalisa menggunakan konsep Strukturasi Anthony Giddens, dengan menempatkan pengrajin anyaman pandan sebagai Agen yang memiliki kesadaran, sekaligus objek dari struktur masyarakat. Dalam hal ini, pengrajin anyaman pandan Pulo Tukok yang secara turun temurun memproduksi tikar anyaman pandan, secara diskursif telah mencoba membuat beberapa alternatif produk anyaman, seperti tas. Namun pengrajin tidak memiliki pasar untuk menjual produk tersebut. Selama ini, produk anyaman tikar pandan hanya dijual dengan berkeliling ke rumah-rumah. Kondisi ini pada akhirnya menjadikan industri anyaman pandan hanya sebatas kegiatan warisan turun temurun, bukan sebagai potensi ekonomi yang dapat dikembangkan untuk memberdayakan masyarakat terutama pengrajin. Sehingga tidak memantik inisiatif dari pemangku kekuasaan baik aparatur gampong, kecamatan maupun kabupaten, untuk mengembangkan kerajinan ini. Disperindagkop misalnya, yang dalam hal ini memiliki “kuasa” untuk mengembangkan potensi-potensi industri kelompok masyarakat, lebih memilih mengembangkan kerajinan-kerajinan yang sedang populer, seperti kopiah Meukutop Aceh. Dibandingkan mengembangkan anyaman pandan ini sebagai produk lokal yang bernilai ekonomis. Meskipun disisi lain, laku tidaknya anyaman pandan ini juga bergantung pada minat masyarakat, di saat gempuran tikar-tikar plastik yang harganya relatif sangat murah, beredar begitu banyak di pasaran dan dapat dijangkau dengan mudah oleh masyarakat.

Tidak Tersedia Deskripsi

Citation



    SERVICES DESK