Electronic Theses and Dissertation

Pencemaran air tanah menjadi masalah serius bagi masyarakat, karena secara langsung ataupun tidak langsung akan mempengaruhi kualitas kesehatan masyarakat pengguna air. Seiring dengan pembangunan pasca bencana tsunami 2004 jumlah penduduk Kota Banda Aceh meningkat drastis, hal ini berpengaruh terhadap jumlah kebutuhan air bersih di Kota Banda Aceh. Perjalanan waktu dari tahun 2004 sampai saat ini, telah terjadi berbagai perubahan di wilayah Kota Banda Aceh. Fosfat, sulfida, fenol dan amonia merupakan senyawa kimia yang penting keberadaannya di air. Senyawa-senyawa tersebut sangat berbahaya jika berada di atas ambang baku mutu yang ditetapkan. Penelitian ini dilakukan pada 4 kecamatan dan masing-masing 3 titik sampel. Sampel yang diambil diuji secara langsung di lapangan dan diuji di laboratorium untuk kandungan senyawa kimia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kandungan Fosfat dan Fenol di 4 Kecamatan Kota Banda Aceh masih berada di atas ambang batas standar baku mutu pemerintah yang di tetapkan. Sedangkan kandungan Sulfida berkisar 0,001 – 0,028 mg/L, sebagian besar masih berada dibawah ambang batas standar baku mutu pemerintah yang di tetapkan (0,002 mg/L) hanya ada satu titik saja yang tinggi. Kandungan Amonia berkisar 0,001 – 2,91 mg/L semuanya sudah dalam kadar aman kecuali pada titik Kuta Alam 1. Kadar yang tinggi pada 4 senyawa kimia tersebut dapat berbahaya jika terakumulasi ke dalam tubuh manusia. Salah satu penyebab konsumsi fosfat berlebihan dapat menyebabkan penyakit hiperfosfatemia pada tubuh manusia. Kadar senyawa kimia ini sangat dipengaruhi oleh Jarak dari laut dan juga kepadatan penduduk yang mana tingginya kandungan senyawa kimia tersebut sebagian besar berasal dari limbah domestik manusia.

Kata kunci : air tanah dangkal, kandungan kimia air, Kota Banda Aceh, jarak dari laut, kepadatan penduduk.

Groundwater pollution is a problem for the community, because it will directly or indirectly affect the quality for water users. Along with development after 2004 tsunami disaster, the population in Banda Aceh City has increased dramatically, this affects the amount of clean water need in Banda Aceh City. Over time from 2004 to the present, there have been various changes in the Banda Ach City area. Phosphates, sulphide, phenol and ammonia are chemical compounds that are important for their presence in water. These compounds are very dangerous if they are above the specified quality standard threshold. This research was conducted in 4 district and each 3 sample points. The samples taken were tested directly in the field and tested in the laboratory for the content of chemical compounds. The results of this study indicate that the Phosphate and Phenol Content in 4 District of Banda Aceh City which is still above the threshold government quality standards set (0.001 mg/L). While the Sulphide content of 0.001 – 0.028 mg/L, most of them are still below the threshold of the government quality standard set (0.002 mg/L) there is only one point that is high. Ammonia content ranges from 0.001 to 2.91 mg/L, all of which are in safe levels except at Kuta Alam 1. High levels of these 4 chemical compounds can be dangerous if they accumulate in the human body. One of the causes of excessive phosphate consumption can cause hyperphosphatemia in the human body. The levels of these chemical compounds are strongly influenced by the distance from the sea and also the population density where the high content of these chemical compounds mostly come from people domestic waste. Keyword: shallow groundwater, chemical content of water, Banda Aceh city, distance from the sea, population density.